Kamis, 28 November 2013

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerinatahan di Sanggau dimulai dengan dikirimnya Dayang Mas (anak Dara Nante) yang bersuamikan Nurul Kamal keturunan Kiyai Kerang dari Banten. Pada masa pemerintahan Dayang Mas inila memindahkan pusat pemerintahan ke Mangkiang. Dayang Mas kemudian diganti oleh Dayang Puasa dengan gelar Nyai Sura yang dibantu suaminya, Abang Awal (keturunan Kesultanan Embau). Di zaman inilah Kesultanan Sanggau menjalin persahabatan dengan Kesultanan Sintang (Sultan Zubair).
Sultan selanjutnya adalah Abang Gani yang bergelar Kiyai Dipati Kusuma Bungsu Negara. Pada masa pemerintahan Abang Gani ini, datanglah Sultan Matan (Tanjungpura) bermaksud mengawini Puteri Sanggau yang bernama Dayang Seri Gemala dengan gelar Ratu Ayu. Setelah wafat, Abang Gani digantikan oleh puteranya yang bernama Abang besum yang bergelar Pangeran Mangkubumi. Dalam pemerintahannya beliau dibantu oleh saudara kandungnya yang bernama Abang Abon dan sepupunya Abang Guneng.
Setelah abang Besum wafat, diangkatlah Abang Bungsu (Abang Uju) putera dari isteri yang ketiga dengan gelar Sultan Muhammad Jamaluddin. Menurut kisah beliau pernah berkunjung ke kota Cirebon dengan membawa oleh-oleh 3 (tiga) buah meriam yaitu Bujang Juling, Dara Kuning dan Dara Hijau. Pada masa pemerintahannya inilah pusat kota Kesultanan di Mengkiang dipindahkan ke Kota Sanggau.





B. Kebudayaan dan Adat Istiadat
1. Istana Kuta
Beberapa peninggalan sejarah Kesultanan Kuta di Sanggau
a. Komplek Istana Kuta
Pengertian komplek Istana Kuta yang dimaksud adalah bekas bangunan utama dan pendukung Kesultanan Kuta, baik yang berfungsi sebagai administratif Kesultanan maupun urusan kemasyarakatan.
Adapun bangunan dan fungsi bangunan pada komplek Istana Kuta:
• Istana Kuta adalah bangunan utama sebagai simbol kekuasaan Kesultanan Kuta, dimana digunakan untuk aktifitas Kesultanan ataupun tamu Sultan.
• Rumah laut, merupakan tempat tinggal Sultan atau Pengeran dimana bangunan ini dibangun ketika terjadinya giliran kekuasaan antara pihak keluarga Istana.
• Rumah balai, bangunan yang digunakan untuk mengadakan pertemuan dengan kerabat, masyarakat dan tamu
• Rumah besar, yaitu bangunan khusus bagi keluarga Sultan, selir Sultan atau pangeran.
• Rumah penghulu, penghulu adalah penasehat Sultan yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan, ataupun pemimpin pada ritual keagamaan lainnya.
• Rumah Wredhana. Wredhana adalah pembantu Sultan yang mengatur tentang tata negara dan administrasi Kesultanan.
• Rumah tinggi, disebut demikian karena kolong (ruang antara tanah dan lantai sangat tinggi.
Beberapa peninggalan atau pusaka Kesultanan yang masih terdapat di Istana Kuta (Rumah darat) pada ruang Koleksi, antara lain:
• Meriam
• Baju kebesaran Sultan
• Beberapa buah senjata Berhulu Emas
• Stempel Kesultanan Berbahasa Arab 
• Seperangkat alat musik
• Photo-photo tua Sultan dan bangunan Istana atau Masjid
• Karya Kaligrafi
• Payung 
b. Masjid Jami’
Posisi awal Masjid Jami’ ini berada antara Rumah Laut dan Rumah besar, hingga pada abad 18 posisi bangunan ini dipindahkan ke pinggir Sunga Kapuas.
2. Istana Beringin
Secara umum bentuk dan kondisi bangunan ini dalam keadaan baik, hal ini dikarenakan usia bangunan yang relatif muda dibandingkan dengan istana Kuta, mengingat terbentuknya Istana akibat dari sistem pemerintahan Belanda (abad 18) pada saat itu yang ingin mendapatkan kekuasaan mutlak melalui pihak istana. 
3. Komplek makam Sultan
Lokasi komplek makam Sultan berada disebaran jalan utama Sanggau-Sintang atau berjarak kurang lebih 2 km dari istana Kuta yang berada diatas bukit. Lokasi makam pada saat ini tidak hanya digunakan oleh pihak kerabat, tapi juga digunakan oleh masyarakat dengan pembagian posisi sebagai berikut:
• Pihak kerabat berada diatas bukit yang memiliki dua puncak bukit
• Masyarakat menggunakan kaki bukit bagian sebelah timur. Dimana pemakaman umum ini memiliki akses tersendiri.
Adat istiadat yang masih berlangsung atau diselenggarakan sebagian besar adalah yang berhubungan dengan perayaan:
• Hari-hari besar Islam
• Kegiatan Istana, membersihkan benda pusaka, dan lain-lain
• Pada kondisi tertentu, misalnya pada musim kemarau ketika air sungai surut, maka daratan kering biasa digunakan sebagai tempat bermain. 

C. DATA KONDISI ISTANA KAWASAN
1. Kebijakan Pemerintah
a. Tata ruang Kota
• Tata guna lahan pada istana Kuta diarahkan sebagai kawasan wisata dan olahraga, dan pada kawasan istana Beringin sebagai pusat perdaganagn.
• Lokasi kedua Istana berada pada BWK pusat kota yang mempunyai kebijakan pembagian unit lingkungan berdasarkan RUTRK Kota Sanggau adalah sebanyak 3 unit lingkungan perumahan. 
b. Pengembangan Kota
• Strategi pengembangan jaringan darat daerah tepian sungai sebagai jalan kolektor sekunder dan arteri skunder, serta peningkatan kualitas jalan (pedestrian dan jalur hijau).
• Pengembangan dermaga pada pusat perdagangan (kawasan Beringin) dan Tanjung Kapuas, serta peningkatan sarana dan prasarana transportasi air.
• Peningkatan fasilitas pelayanan kota yang dapat menunjang kebutuhan penduduk adalah: Kesehatan, Peribadatan, Perdaganga (pusat perbelanjaan), pelayanan umum, Rekreasi dan pendidikan. 
D.Lingkungan dan Kondisi Sosial Ekonomi
1. Istana Kuta
Posisi Istana Kuta pada skala kota Sanggau, adalah sebagai berikut:
• Administratif Komplek Istana Kuta berada pada perbatasan antara Kelurahan Ilir Kota dan Kelurahan Tanjung Kapuas.
• Geografis, posisi Istana berada pada pinggiran pertemuan sungai Kapuas dan sungai Sekayam. 
2. Istana Beringin
Posisi Istana Beringin secara administratif terletak pada kelurahan Beringin, dimana pada kelurahan tersebut merupakan CBD Kota Sanggau serta tempat penyeberangan tradisional masyarakat Sanggau.

E. DATA FISIK SITUS ISTANA
A. Istana Kuta
1. Komplek Istana Kuta
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengamatan terhadap masyarakat serta pihak kerabat Istana Kuta, kondisi komplek Istana Kuta terdiri dari:
• Bangunan Utama, Istana Kuta, Istana Ilir, Rumah balai, rumah Besar dan Masjid Jami’
• Fasilitas pendukung: Rumah Penghulu, Rumah Tinggi, Rumah Wredhana, Dermaga Utama, Rumah Meriam, Alun-alun. 
2. Istana Kuta (Rumah darat)
• Dibangun pada tahun 1600-an oleh Sulatn Muhammad Jamaluddin.
• Secara umum bentuk bangunan masih asli.
• Bentuk denah bangunan memanjang dari depan ke belakang, dengan arah bangunan menghadap sungai Kapuas.
• Bangunan ini terdiri dari 2 lantai
• Tinggi lantai 01 terhadap tanah (kolong) kurang lebih 2m
• Zonning ruang secara umum dibagi dua, yaitu: bagian depan yang berfungsi sebagai ruang publik dan dikelilingi oleh ruang-ruang publik. Serta bagian belakang dengan fungsi sebagai zone semi private dan service.
• Struktur utama bangunan terbuat dari kayu kelas 1 (kayu belian/ besi), pola grid kolom.
• Bahan penutup atap menggunakan atap sirap dari kayu belian, dan bahan penutup badan bangunan menggunakan papan yang dipasang horisontal.
• Pada bagian depan bangunan terdapat tiang bendera 1 buah.
3. Istana Ilir (Rumah Laut)
• Dibangun ketika terjadi giliran pemegang kekuasaan istana Kuta pada tahun 1876, ketika itu pergantian kekuasaan dari panembahan Thahir II ke Ade Sulaiman.
• Fungsi bangunan adalah rumah sementara bagi pengganti Sultan sebelum diangkat menjadi Sultan
• Saat ini bangunan tersebut sudah tidak ada.
• Banguna terdiri dari 1 lantai.
• Pola grid struktur yang digunakan adalah 3x4 m.
4. Rumah Balai (Balirung)
• Usia bangunan ini perkirakan hampir sama dengan usia Istana Kuta
• Bangunan ini terdiri 1 ruang utama untuk tempat berkumpul 12 ruang tidur untuk menginap tamu, ruang perantara.
• Pada tahun 1970-an bangunan ini pernah digunakan sebagai barak militer.
• Pola grid yang digunakan 3x3 m. 
5. Rumah Besar
• Bangunan diperkirakan sama usianya dengan istana kuta
• Bentuk denah bujursangkar dan bangunan menghadap ke arah sungai
• Terdiri dari 1 hall sebagai ruang untuk bermain, berkumpul ataupun acara keluarga lainnya. 8 ruang tidur bagi kerabat dan selir-selir yang tidak dapat ditampung di Istana Kuta.
• Tinggi lantai terhadap kaki atap diperkirakan 6m.
• Mempunyai teras pada bagian depan, serta selasar yang mengelilingi bangunan dan berhubungan langsung dengan dapur umum.
• Berdasarkan informasi, bangunan ini rubuh pada hari Kamis tanggal 02 Mei 1965 Jam 14.00 WIB. 
6. Rumah Tinggi
• Bangunan ini merupakan ciri khas dari kelompok bangunan Istana Kuta yang berfungsi sebagai pusat militer saat itu untuk memantau kedatangan maupun pergerakan musuh.
• Disebut bangunan tinggi karena jarak antara lantai dan tanah paling tinggi diantara semua bangunan pada komplek Istana Kuta.
• Ruang pada bangunan ini terdiri dari 3 bagian utama ruang besar.
• Posisi bangunan diperkirakan berada didepan Rumah Penghulu, serta berada tepat di persimpangan Sungan Kapuas dan Sungai Sekayam. 


7. Rumah Penghulu
• Dibangun guna mendukung pemerintahan Sultan pada bidang yang berhubungan dengan keagamaan, atau sebagai penasehat Sultan khusus bidang agama.
• Fungsi bangunan sebagai rumah tinggal dan tempat kerja.
• Dimana pada bagian depan dan tengah bangunan terdapat ruang besar guna menampung masyarakat.
• Posisi bangunan berada bagian timur rumah besar, serta terletak dibelakang rumah tinggi.
• Struktur utama dan penutup bangunan dari bahan kayu. Dimensi kolom 30x30 cm bujursangkar.
• Tinggi kolong sekitar 2m 
8. Rumah Wredhana
• Bangunan ini difungsikan sebagai tempat tinggal penasehat Sultan yang mengurus seluruh administrasi dan tata negara Istana Kuta.
• Didirikan ketika pendudukan Belanda, hampir bersamaan dengan rumah Ilir.
• Ruang-ruang yang dimiliki antara lain: ruang tidur, ruang tamu, ruang keluarga dan dapur.
• Akses yang dimiliki dari depan dan belakang bangunan 
9. Masjid Jami’
• Didirikan sekitar tahun 1825-2830 pada masa pemerintahan Sultan Ayub Pakunegara 
• Lokasi pertama masjid Jami’ adalah diantara Istana Kuta dengan Rumah Besar.
• Bentuk denah bangunan asli adalah bujursangkar
• Tampilan bangunan masih dipertahankan secara utuh, bangunan ini diperluas dari dua bagian utama.
• Bagian depan bangunan sebagai entrance saat ini digunakan sebagai perpustakaan
• Bagian tengah bangunan terdiri dari dua lantai.
• Struktur utama dan penutup bangunan dari bahan kayu. Dimensi kolom 30x30 cm bujursangkar.
• Tinggi kolong sekitar 1m.
B. Istana Beringin (Rumah Laut)
1. Istana Beringin (Tanah laut)
• Didirikan pada abad ke-18
• Bentuk denah bujursangkar
• Bangunan hanya terdiri dari 2 lantai
• Tidak ada ruang-ruang khusus pada bangunan, kecuali jumlah ruangan yang lebih banyak dari rumah standar pada umumnya.
• Tinggi lantai dari tanah sekitar 2m
2. Rumah Penebahan
• Bangunan ini dibuat bersamaan dengan dibangunnya istana Laut
• Fungsi ruang bagian depan digunakan untuk berkumpul sebagai ruang tamu, dan bagian belakang digunakan untuk ruang keluarga.
• Untuk ruang sirvice berada pada bagian belakang, bersebelahan dengan ruang keluarga.
• Pola ruang adalah grid, dengan pola kolom yang terbentuk 3x3 m dari bahan kayu bujursangkar.
• Struktur bangunan dan penutup keseluruhan dari kayu. 
C. Komplek Makam Sultan
1. Istana Kuta
• Secara adminstratif berada pada kelurahan Ilir kota berada diatas dua puncak bukit sebelah utara Istana.
• Akses menuju komplek Makam dari jalan raya utama telah mengalami perkerasan.
• Puncak bukit sebelah barat terdapat makam utama penembahan Haji Gusti Much. Ali Suryanegara yang telah diberi pelindung bangunan pada tahun 1980-an dengan ukuran atap pelindung 10x10 m
• Puncak sebelah timur terdapat selah atau lembah memanjang ke arah sungai 
• Pada pinggiran bukit masih terdapat sisa bangunan bekas benteng pertahanan untuk memantau musuh dari puncak bukit.
• Diantara dua bukit terdapat dua celah atau lembah memanjang kea arah sungai.
2. Istana Beringin
• Lokasi makam berada diutara Istana Beringin dengan jarak dari Istana + 400m melalui jalan lingkungan perumahan penduduk.
• Akses alternatif bisa melalui jalan utama sebelah barat Istana, lebar jalan 2m dan telah mengalami perkerasan dari semen.
• Luas site makam + 1000 m2
TINGKAT KERUSAKAN
A. Istana Kuta
1. Lingkungan
Penurunan kualitas lingkungan terjadi pada komplek Istana Kuta, hal ini diakibatkan beberapa hal:
• Penataan lanskap dan perumahan yang tidak teratur
• Fasade bangunan perumahan penduduk bervariatif
• Keengganan penduduk
• Abrasi sungai Sanggau yang berada di komplek Istana Kuta 
2. Bangunan
Pada Istana Kuta kerusakan situs yang terjadi secara umum adalah sedang dan berat, antara lain:
• Hilangnya situs bangunan
• Istana Kuta kerusakan berat terdapat pada bagian penutup atap, lantai dan dinding
• Masjid Jami’ terapat pada tiang/kolom bangunan yang telah mengalami kemiringan ke arah sungai.
• Rumah penghulu pada bagian struktur kolom dan pondasi bangunan bagian samping terjadi kerusakan sedang dikarenakan pelapukan. 
B. Istana Beringin
1. Lingkungan
Penurunan kualitas lingkungan terjadi pada komplek Istana Kuta, hal ini diakibatkan beberapa hal:
• Lokasi Istana berada di CBD Kota, sehingga fungsi kawasan Istana pada saat ini adalah Mix Used.
• Bentuk aktifitas perdagangan yang bervariatif di sekitar kawasan mengakibatkan fasilitas perdagangan akan tumbuh secara alamiah dan tidak terkendali. 
2. Bangunan
• Hilangnya situs bangunan
• Istana Kuta kerusakan berat terdapat pada bagian penutup atap, lantai dan dinding
• Masjid Jami’ terapat pada tiang/kolom bangunan yang telah mengalami kemiringan ke arah sungai.
• Rumah penghulu pada bagian struktur kolom dan pondasi bangunan bagian samping terjadi kerusakan sedang dikarenakan pelapukan. 

masag indong/naik ayun dan gunting rambut




Acara naik ayun (masag indong) dan gunting rambut, merupakan salah satu kebudayaan suku tidung bagi sibayi untuk memulai kehidupannya untuk lebih dewasa,
naik ayun merupakan tradisi dimana sibayi dinaikkan diatas ayun sebanyak 13kali dengan bergantian orang (orang yang sudah tua/bersuami) atau orang tua yang memiliki garis kebudayaan leluhur sesuai adat suku tidung, ini yang bermaksud agar sibayi dilindungi disegala kehidupannya dan dimurahkan rejekinya.
gunting rambut, merupakan tradisi dimana sibayi dipotong rambutnya sedikit (sebagai syarat), dengan diiringi  selawat nabi dan musik dari hadrah yang dipukul oleh 5 s/d 6 orang, dan sibayi akan dipotong rambutnya dengan mengelilingi wilayah orang terpilih untuk memotong rambutnya seperti tokoh agama, penjabat (kalau ada), keluarga (kakek atau uyang/buyut), dan tokoh masyarakat lainnya. gunting rambut ini bermaksud agar sibayi boleh memotong rambutnya ditempat lain tanpa menunggu gondrong (sebagai syarat) atau ini merupakan salah syarat kebiasaan dalam suku tidung, dan selain itu dengan acara potong rambut ini si bayi akan mendapatkan doa dari yang memotong agar sibayi kelak memiliki kecerdasan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
acara seperti ini biasanya lebih dikenal dengan sebutan tasmiyah (secara islami), tapi dalam budaya suku tidung disebut masag indong dan gunting rambut.



Kelapa sawit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
?Kelapa sawit
Kelapa sawit Afrika (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit Afrika (Elaeis guineensis)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Liliopsida
Ordo:Arecales
Famili:Arecaceae
Genus:Elaeis
Jacq.
Species
Elaeis guineensis
Elaeis oleifera
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannyamenghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Pemerian botani[sunting | sunting sumber]

African Oil Palm (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
  • Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  • Mesoskarp, serabut buah
  • Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Syarat hidup[sunting | sunting sumber]

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Tipe kelapa sawit[sunting | sunting sumber]

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen.E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
  • Dura,
  • Pisifera, dan
  • Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Hasil tanaman[sunting | sunting sumber]

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak gorengmargarinsabunkosmetika, industri bajakawatradiokulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan bakumargarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak gorengsabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Sejarah perkebunan kelapa sawit[sunting | sunting sumber]

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di DeliSumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan diMarihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau PanjangKuala SelangorMalaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (laluMalaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

Hama dan penyakit[sunting | sunting sumber]

Faktor yang dapat menyebabkan penurunan hasil produksi pada tanaman kelapa sawit diantaranya hama dan penyakit. Serangan hama utama ulat pemakan daun kelapa sawit, yakni ulat api (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae). [3] Potensi kehilangan hasil yang disebabkan kedua hama ini dapat mencapai 35%. [4] Jenis ulat api yang paling banyak ditemukan di lapangan adalah Setothosea asignaSetora nitensDarna trimaDarna diducta dan Darna bradleyi[5] Selain hama, penyakit juga menimbulkan masalah pada pertanaman kelapa sawit. Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh infeksi cendawan Ganoderma boninense merupakan penyakit penting yang menyerang kebun-kebun kelapa sawit. Cendawan G. boninense merupakan patogen tular tanah yang merupakan parasitik fakultatif dengan kisaran inang yang luas dan mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi. [6]

Manfaat minyak sawit[sunting | sunting sumber]

Selain manfaat utama minyak sawit sebagai minyak makan, minyak sawit juga dapat digunakan sebagai pengganti lemak susu dalam pembuatan susu kental manis dan tepung susu skim [7]